Penulis: Kaimuddin Rani
Banyak orang pada awalnya bermimpi bahwa suatu saat nanti mereka akan menjadi orang berhasil.
Impian telah ditetapkan dan ditulis dengan tinta emas di buku kehidupan. Api semangat telah dikobarkan. Keteguhan hati telah ditulis di atas batu karang keyakinan.
Namun usaha gigih yang tidak kunjung memberikan hasil seperti yang diinginkan akhirnya membuat mereka patah arang. Mereka sampai pada satu simpulan bahwa hidup adalah permainan yang tidak bisa mereka menangkan.
Inilah yang dimaksud oleh Thoreau saat ia berkata, “The mass of men lead lives of quiet desperation” (banyak orang menjalani hidup dalam keputusasaan yang tak terceritakan).
Banyak orang putus asa karena mereka tidak tahu bahwa faktor sukses dan gagal sebenarnya ada di dalam diri mereka sendiri. Mereka mencari rahasia sukses di luar diri.
Padahal kunci pembuka peti harta karun potensi ada di dalam diri, tersimpan rapi di relung hati menanti eksplorasi dengan determinasi dan konsistensi.
Karena itu AFIRMASI itu harus selaras dengan ACTION, kalau cuma Afirmasi saja ini akan cuma menjadi BELIEF doang.
Nah, jadi di perlukan action yang selaras, dan jagan lupa untuk meningkatkan BE kita.
Kalau selaras, maka JALANNYA lebih CEPAT
BE itu kapasitas diri. Jadi bila kita ingin lebih maju, maka kita harus menguasi bidang-bidang kita
Contoh bila kita seorang terapis, maka pelajari semua ilmu/teknik terapi yg andal dan terbukti berhasil, belajar dari guru-guru yang terhebat, sedot ilmunya, rajin membaca buku atau jurnal dll.
Setelah itu baru kita melakukan DO. DO itu adalah action atau perbanyak praktek
Biar mudah mendapatkan hasil
Ingat rumus ini ya:
BE X DO = HAVE
Dimana
Have = Hasil
BE = Kapasitas diri. Kalau kata guru saya, Pak Adi W. Gunawan, BE terdiri dari Impian, Yakin, Syukur, Pasrah dan Doa
Do = Activity, Skill, Knowledge
Contoh
BE = 100
DO = 0
Maka berapakah hasilnya?
Have = BE x DO
Have = 100 x 0
Have = 0
Degan BE yang tinggi namun tidak melakukan DO (aksi/tindakan), kemungkinan hasilnya sangat kecil, bahkan NOL. Jadi seperti apa BE dan DO yang terbaik dan Efktif?
(Penulis Founder Lembaga Pelatihan Psikologi, Konseling dan Psikoterapi Indonesia)
