JALANTENGAH.CO I LHOKSEUMAWE – Hasil survei PISA 2012, merupakan peringatan keras bagi Swedia, karena terungkap bahwa siswa di Swedia mempunyai prestasi yang jauh lebih buruk dibandingkan siswa di negara OECD lainnya dalam hal literasi.
Direktur Sukma Bangsa Lhokseumawe, Zubir menulis sebagai reaksi terhadap dampak negatif tersebut, sejumlah proyek promosi membaca dimulai, dengan fokus pada kemampuan membaca dan pemahaman bacaan anak-anak.
Menyikapi kondisi ini, menurut Zubir Läslov pun (Liburan Membaca) diluncurkan oleh Pemerintah Swedia dan didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat.
Lebih lanjut Zubir menulis bahwa Läslov adalah tentang mengubah liburan musim gugur, liburan kentang dan panen di kebun, menjadi minggu kegiatan membaca. Di mana hasil dari usaha tersebut adalah, bukan hanya memanen kentang dan sereal yang berlimpah, tetapi juga peningkatan literasi dan pengetahuan anak-anak Swedia.
Hal yang sama, yang terjadi pada Swedia di tahun 2012 silam, juga sedang dan telah lama menimpa Indonesia. Minat baca anak-anak Indonesia jauh terpuruk jika tidak mau kita sebut telah mati.
Menurut Zubir, di Sukma Banga Lhokseumawe juga terjadi hal itu. Membaca buku adalah aktivitas yang asing bagi siswa. “Dari data peminjaman buku di perpustakaan Sekolah, menjelaskan betapa buku telah jauh dari anak-anak”, sebutnya.
Kondisi ini memberi gambaran nyata seperti apa Indonesia di masa depan. “Alih-alih Indonesia Emas 2045, mungkin kita akan memetik Indonesia Cemas 2045”, kritiknya.
Atas keprihatinnya pada kondisi itu, Direktur Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe ini akan meluncurkan program khusus liburan sekolah yang diberi tajuk “Liburan Membaca Sukma Bangsa Lhokseumawe”.
“Ini sebuah program inisiatif kecil, tapi kami yakin akan berdampak besar untuk masa depan bangsa ini”, terang Zubir sembari berharap dukungan penuh dari orang tua siswa. (*)
