JALANTENGAH.CO I LHOKSEUMAWE – Memiliki teman curhat yang tepat menjadi kebutuhan setiap orang untuk menghindari penumpukan emosi negatif yang dapat memicu seseorang menjadi impulsif hingga melakukan tindakan melukai atau bahkan membunuh.
Hal itu disampaikan pendiri sekaligus Direktur Tandaseru Indonesia, lembaga konsultan psikologi dan training provider pertama di Lhokseumawe, Lailan Fajri Saidina dalam talkshow RRI Lhokseumawe menyikapi kasus pembunuhan istri salah satu dokter spesialis beberapa hari lalu.
Pada talkshow yang bertepatan dengan hari kesehatan mental dunia 10 Oktober itu, Lailan menyebutkan sakit hati dan tekanan emosi beruntun seperti kekecewaan mendalam, marah, kesedihan atau perasaan hilangnya harapan bisa mendorong orang melakukan tindakan diluar nalar seperti pada kasus tersebut.
“Punya sosok teman curhat yang tepat itu perlu, karena biasanya saat curhat tekanan emosional itu akan berkurang, sekaligus memperbaiki suasana hati”, kata mantan pengasuh program curhat radio vina vira era 2000-an ini.

Menyikapi alasan pelaku pembunuhan karena disebut-sebut patah hati, lebih lanjut Lailan mengatakan patah hati sebagai suatu kondisi psikologis bisa dialami oleh siapa saja, bukan hanya kaum perempuan tapi juga laki-laki.
“Patah hati itu bisa jadi hanyalah alasan yang terungkapkan, faktor pendorong sebenarnya adalah symptom gangguan psikologis yang tidak tertangani sehingga menjadi tumpukan emosi”, duga Lailan.
Lanjutnya, bahkan tokoh sekelas Rumi pun pernah mengalami patah hati saat ditinggal pergi oleh guru yang dicintainya. Dari situlah kemudian lahir syairnya yang terkenal “biarkan hatimu patah, agar ia terbuka”.
Sebagai praktisi mind terapist dan life coach bersertifikat sekaligus profesional trainer, Lailan Fajri Saidina mendorong setiap orang untuk peduli dengan kesehatan mentalnya dan peka dengan tanda-tanda agar terhindar dari degradasi kualitas hidup. (*)