JALANTENGAH.CO | BANDA ACEH – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Aceh menggelar Dialog Publik bertema “PR Gubernur Aceh Terpilih 2024” untuk membahas tantangan yang akan dihadapi oleh pemimpin Aceh mendatang, bertempat di Gedung Wakaf MW KAHMI Aceh, Aceh Besar, Sabtu (2/11/2024).
Diskusi publik ini menghadirkan narasumber dari pakar, diantaranya, Pakar Hukum Dr. IUR. Chairul Fahmi, Otto Syamsyuddin Sosiolog, Rustam Effendi pakar ekonomi, dan Dr. Syaifullah Muhammad selaku moderator yang juga kepala Atsiri Reasearch Center/ARC USK.
Koordinator Presidum MW KAHMI Aceh, Prof. Dr. H. Syamsul Rijal, berharap diskusi ini dapat menjadi wadah untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif guna mendorong pembangunan Aceh.
“Kami berharap dialog ini dapat menjadi pemantik bagi kita dalam berdiskusi sehingga mendorong apa sesungguhnya yang bisa diberikan oleh KAHMI terhadap pembangunan Aceh kedepan,” ujarnya.
Pakar ekonomi, Rustam Effendi mengungkapkan sejumlah permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah bagi Gubernur Aceh terpilih 2024. Ia memaparkan data bahwa Aceh masih lemah di berbagai sektor, termasuk sektor perdagangan dan jasa.
Pakar ekonomi Rustam Effendi mengungkapkan sejumlah permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah bagi Gubernur Aceh terpilih 2024. Menurutnya, sektor-sektor ekonomi Aceh, terutama primer, sekunder, dan tersier, masih tertinggal dibanding provinsi tetangga, Sumatera Utara.
“Bahkan, produk yang kita jual juga banyak berasal dari Medan. Ini menjadi tantangan awal untuk membangun Aceh ke depan,” ungkapnya.
Rustam juga menyoroti lemahnya investasi swasta di Aceh, berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Aceh hanya sebesar 4,90 triliun rupiah per tahun dalam lima tahun terakhir, jauh di bawah Sumatera Utara yang mencapai 17,20 triliun rupiah per tahun.
“Kemudian PAD kita(Aceh) hanya menyumbang sedikit saja, data terakhir kita hanya menyumbang 27,80 persen saja, yang lain mostly pendapatan transfer 72,08 persen, jadi kita sangat bergantung dengan bank pusat,” terangnya.
Menurut Effendi, pemimpin Aceh ke depan harus memiliki beberapa kriteria ideal, di antaranya fokus menyelesaikan persoalan-persoalan Aceh, jujur, memiliki nilai-nilai keyakinan, berpihak kepada kepentingan masyarakat, dan memiliki komitmen dalam menjalankan visi misi.
“Komitmen akan menghasilkan dua hal penting, penguatan revitalisasi dan perubahan. Kita ingin ke depan bukan hanya sekedar titah dalam putusan, tapi misi yang dipilih harus dilakukan dalam perencanaan yang tepat,” sebutnya.
Sejumlah tokoh Aceh lintas generasi dari alumni HMI turut hadir untuk memperkaya gagasan dalam diskusi tersebut, diantaranya Ir Helvizar, Drs Nawawi, Zulfikar Lidan serta sederet tokoh aktivis senior lainnya. (sumber: nukilan.id)