29 C
Banda Aceh
BerandaKolomI'tikaf Dan Kesehatan Mental: Menemukan Ketenangan Jiwa Dalam Perspektif Psikologi Islam

I’tikaf Dan Kesehatan Mental: Menemukan Ketenangan Jiwa Dalam Perspektif Psikologi Islam

Penulis: Nyak Anzila Fajrina *

I’tikaf merupakan salah satu bentuk ritual ibadah yang sarat nilai spiritual dan sosial. Di sepuluh akhir setiap bulan Ramadhan, mesjid di berbagai belahan dunia memfasilitasi ibadah i’tikaf bagi para jamaahnya sebagai salah satu bentuk ibadah yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tidak terkecuali mesjid agung Islamic Center di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

Kegiatan ini dilaksanakan selama bulan suci ramadhan yang diisi dengan berbagai rangkaian ibadah lainnya, seperti shalat tasbih berjamaah, zikir, hingga diakhiri dengan shalat subuh berjamaah. I’tikaf tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan mental, terutama dalam perspektif psikologi Islam.

I’tikaf, Sarana Menenangkan Pikiran dan Jiwa

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tekanan, stres, dan tuntutan sosial, manusia sering kali mengalami kecemasan, kelelahan mental, bahkan gangguan psikologis. Psikologi Islam memandang bahwa salah satu solusi dalam menghadapi permasalahan psikologis ini adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui beragam aktivitas ibadah.

I’tikaf menjadi salah satu bentuk ibadah yang dapat memberikan ketenangan jiwa, karena seseorang melepaskan diri dari hiruk-pikuk dunia dan fokus dalam mengingat Allah SWT.

Menurut penelitian dalam psikologi positif, kegiatan yang melibatkan meditasi, refleksi, dan ibadah memiliki dampak besar dalam menurunkan stres serta meningkatkan kesejahteraan mental.

Dalam Islam, konsep ini dapat ditemukan dalam ibadah i’tikaf, di mana seorang muslim memanfaatkan waktu untuk beribadah, berzikir, dan berdoa. Aktivitas ini mirip dengan mindfulness dalam psikologi Barat, di mana seseorang diajarkan untuk fokus pada momen saat ini tanpa gangguan eksternal.

Jamaah mesjid agung Islamic Center Lhokseumawe mengikuti rangkaian ibadah i’tikaf yang difasilitasi pengurus mesjid tersebut setiap tahunnya di bulan Ramadhan. (Foto: NAF)

Kesehatan Mental Perspektif Psikologi Islam

Psikologi Islam mengajarkan bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang kebahagiaan duniawi, tetapi juga mencakup ketenangan hati dan jiwa yang diperoleh melalui hubungan manusia dengan Allah SWT (Hablunminallah). Konsep thuma’ninah atau ketenangan hati dalam Islam menunjukkan bahwa ketenangan sejati hanya dapat diperoleh dengan mengingat Allah SWT.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kegiatan i’tikaf yang diisi dengan shalat sunnah tasbih, zikir, dan shalat berjamaah membantu seseorang untuk lebih fokus kepada Allah dan menjauhkan diri dari gangguan duniawi yang menyebabkan kecemasan.

Saat seseorang berzikir dan berserah diri kepada Allah, hormon stres seperti kortisol dalam tubuh dapat berkurang, sehingga membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kebahagiaan.

Shalat Dan Zikir sebagai Terapi Mental

Psikologi modern telah menemukan bahwa aktivitas ibadah seperti shalat dan zikir memiliki dampak terapeutik yang luar biasa bagi kesehatan mental. Dalam perspektif psikologi Islam, shalat bukan sekadar kewajiban, tetapi juga menjadi sarana untuk mengelola emosi sekaligus untuk menenangkan hati.

Shalat tasbih, misalnya, memiliki keutamaan dalam menghapus dosa dan memberikan ketenangan batin bagi pelakunya. Selain itu, zikir yang dilakukan dalam i’tikaf juga berperan dalam meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi kecemasan.

Saat seseorang berzikir, bagian otak yang mengatur stres dan emosi, seperti amigdala, menjadi lebih tenang. Ini serupa dengan praktik meditasi yang dalam psikologi sering digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan depresi.

Manfaat Sosial Dan Dukungan Emosional Dalam I’tikaf

I’tikaf yang dilakukan secara berjamaah juga memiliki dampak sosial yang positif. Dalam psikologi, dukungan sosial adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan kesejahteraan mental.

Saat seseorang mengikuti i’tikaf, ia berada dalam lingkungan yang penuh dengan orang-orang yang memiliki tujuan spiritual yang sama. Ini dapat menciptakan rasa kebersamaan, mengurangi rasa kesepian, dan meningkatkan motivasi untuk terus beribadah.

Bagi banyak orang, tekanan hidup sering kali menyebabkan mereka merasa sendirian dalam menghadapi masalahnya. Namun, dalam suasana i’tikaf, setiap peserta (jamaah) saling menguatkan dan berbagi pengalaman spiritual. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan memberikan energi positif bagi mereka yang mengalami tekanan mental.

Epilog

Kegiatan i’tikaf di Masjid Islamic Center Kota Lhokseumawe yang difasilitasi secara rutin setiap bulan Ramadhan, tidak hanya menjadi ajang ibadah untuk meningkatkan kesalehan individu maupun kesalehan sosial, tetapi juga menjadi sarana terapi psikologis bagi para pesertanya.

Dalam perspektif psikologi Islam, ibadah yang dilakukan dalam i’tikaf dapat membantu seseorang menemukan ketenangan jiwa, mengelola stres, dan meningkatkan kesehatan mental.

Melalui shalat, zikir, dan kebersamaan (interaksi) dengan sesama muslim, i’tikaf memberikan manfaat holistik bagi individu, baik dari segi spiritual, sosial maupun psikologis. Oleh karena itu, di tengah kehidupan yang semakin disibukkan dengan kegaduhan tehnologi dan penuh tekanan ini, i’tikaf menjadi solusi efektif untuk menemukan kembali keseimbangan hidup, ketenangan hati dan kedamaian jiwa. []

*) Penulis adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan alumni Softskill Academy by Tandaseru Indonesia.

I Editor: F. Saidina

Sponsor

explore more