26.2 C
Banda Aceh
BerandaEdukasiHadirkan Narasumber Kompeten, AJI Lhokseumawe Edukasi Jurnalis Isu Transisi Energi

Hadirkan Narasumber Kompeten, AJI Lhokseumawe Edukasi Jurnalis Isu Transisi Energi

JALANTENGAH.CO I LHOKSEUMAWE – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe menggelar Edukasi Jurnalis tentang Isu Transisi Energi, di Lido Graha Hotel Lhokseumawe, Sabtu, 25 Mei 2024. Kegiatan itu diikuti puluhan jurnalis termasuk para lulusan Basri Daham Journalism Institute (BJI) Lhokseumawe.

Edukasi itu diisi empat narasumber yakni Dr. Azhari, M.Sc. (Wakil Rektor I Universitas Malikussaleh selaku Pakar Energi Terbarukan), Muhammad Rochaddy (Koordinator Formalitas dan Komunikasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut), Danie Mustafa (HSSE Superintendent PHE NSO), dan Zulkarnaini Masry (Jurnalis Kompas, mantan Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan Aceh).

Ketua panitia, Jafaruddin, mengatakan edukasi jurnalis tersebut merupakan kegiatan pra-Konferensi Kota (Konferta) VIII AJI Lhokseumawe. Konferta VIII untuk memilih Ketua dan Sekretaris AJI Lhokseumawe tahun 2024-2027 akan berlangsung pada Ahad, 26 Mei.

“Kita mengadakan edukasi isu transisi energi ini untuk menambah pemahaman para jurnalis,” ucapnya.

Dia menyebut tuntutan global kini mengedepankan energi yang lebih ramah terhadap lingkungan. Sehingga energi terbarukan akan memainkan peran penting di masa depan. Oleh karena itu, transisi energi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan menjadi tantangan tersendiri bagi industri hulu minyak dan gas bumi.

“Kita berharap kedepannya yang mengikuti edukasi pada hari ini dapat memperkaya referensi masyarakat tentang transisi energi dari fosil ke energi terbarukan,” imbuhnya.

Dr. Azhari, Wakil Rektor I Universitas Malikussaleh yang merupakan Pakar Energi Terbarukan, memaparkan prospek energi terbarukan dalam transisi energi di Aceh. Menurut dia, jika dilihat dari sumber daya alam maka pengembangan energi terbarukan di Aceh cukup prospek dimulai dari sisi bahan baku biomassa.

“Untuk sumber-sumber energi matahari, angin, air, itu juga punya prospek tapi memang dari segi investasinya perlu melibatkan banyak pihak,” kata Azhari.

Namun, menurut Azhari, paling murah memang dari sumber energi biomassa, dan juga minyak-minyak limbah yang dihasilkan oleh usaha-usaha mikro. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi untuk menyimpan minyak-minyak hasil penggorengan makanan ringan.

Salah satu narasumber memaparkan isu terkait energi untuk edukasi jurnalis di kota Lhokseumawe (foto: ist)

“Jadi, ada nilai ekonomi di situ bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk biodiesel. Jangan dibuang ke badan air, karena akan merusak lingkungan,” ujar Azhari.

Selain itu, kata Azhari, diperlukan kerja sama antara pihak kampus dengan pemerintah maupun unsur terkait lainnya yang mempunyai concern terhadap energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil.

“Karena, meskipun diketahui energi fosil itu masih tetap eksis namun tidak dapat diperbaharui. Dari sisi kuantitasnya juga terus berkurang”, sebutnya

Azhari menyebut Universitas Malikussaleh sedang menginisiasi berdirinya sebuah pusat unggulan inovasi. “Dan ini memang tidak bisa kalau kampus sendiri yang mengembangkan. Perlu berkolaborasi atau kerja sama dengan industri maupun pemerintah serta mitra-mitra lainnya,” jelasnya.

Koordinator Formalitas dan Komunikasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut, Muhammad Rochaddy, dalam pemaparannya menjelaskan tentang kegiatan industri hulu migas.

Menurut Rochaddy, terkait proyeksi energi baru terbarukan kaitannya dengan energi fosil dapat dilihat dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.

“Sampai dengan tahun 2050 kebutuhan energi dari minyak dan gas bumi masih mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan target Pemerintah, produksi Migas di 2030 mencapai 1 juta BOPD minyak bumi dan 12 BSCFD gas bumi,” ujarnya.

HSSE Superintendent PT. Pertamina Hulu Energi NSO, Danie Mustafa, mengatakan PT. Pertamina (Persero) berkomitmen mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission 2060 melalui program-program yang berkesinambungan Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Pertamina sendiri telah membentuk anak perusahaan sub holdy power & NRE yang fokus pada pengembangan energi baru terbarukan dan perubahan iklim (climate change),” ujarnya.

Danie menyampaikan kontribusi PT. Pertamina terkait dengan EBT antara lain research dan development pada green gasoline, green diesel dan green aftur, penggunaan geothermal, pembangkit tenaga listrik gas, pembangkit tenaga listrik angin, mengurangi emisi karbon, dan beberapa lainnya.

“PT. Pertamina juga terus melakukan inovasi-inovasi dalam pengembangan energi yang ramah lingkungan serta berkesinambungan,” pungkasnya.

Jurnalis Kompas, Zulkarnaini Masry, menjelaskan isu lingkungan terlebih isu transisi energi belum menjadi isu strategis pada kalangan jurnalis lokal. Padahal persoalan ini sangat dekat dengan kehidupan manusia.

“Misalnya, dampak buruk dari eksploitasi batubara telah mencemari lingkungan hidup masyarakat dan perairan,” kata mantan Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan Aceh itu.

Zulkarnaini menyebut persoalan ini perlu direspons oleh jurnalis lokal untuk melakukan liputan mendalam dengan semangat memperjuangkan kehidupan warga akar rumput dan menyelamatkan lingkungan hidup.

Menurut Zulkarnaini, meliput isu lingkungan butuh ketekunan dan kesungguhan serta empati yang kuat, agar bisa melahirkan karya yang dapat memengaruhi kebijakan pemerintah.

“Di sisi lain, isu lingkungan ini sangat khas, maka jurnalis harus punya kemauan untuk belajar serta berdiskusi. Karena itu bakal dapat membangun jaringan dengan berbagai pihak dan modal besar ketika berada di lapangan,” kata Zulkarnaini.

Kegiatan Edukasi Jurnalis Isu Transisi Energi itu didukung Bank Aceh Lhokseumawe, Bank BSI Area Lhokseumawe, Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe, Trans Continent, PT Pertamina EP Rantau Field, dan pihak lainnya. (*)

Sponsor

explore more