Home Kolom Pesan Sejarah Dan Tu Sop Impact

Pesan Sejarah Dan Tu Sop Impact

0

Oleh: Lailan Fajri Saidina *

Kehilangan sosok pemimpin sejati, semua pengikut setia Nabi, para Sahabat dan Ummat menangis ketika Rasulullah wafat. Disisi lain, kegelisahan mulai muncul pada sebagian mereka jikalau syi’ar Islam akan terhenti di jazirah Arab.

Larut dalam kesedihan bukanlah solusi. Kesadaran ini pun menggerakkan para sahabat duduk bersepakat menunjuk Sayyidina Abubakar RA untuk memimpin meneruskan perjuangan dan cita-cita Rasulullah yang mulia.

Apa yang terjadi kemudian, terhentikah syiar Islam seperti kekhawatiran sebagian besar pengikut Baginda Rasul pasca wafatnya Beliau?

Tidak, sama sekali tidak. Kekhalifahan Islam justru makin terbentang luas dari Asia Tengah hingga daratan Eropa.

Apa pembelajaran penting dari peristiwa itu? Salah satunya cepatnya konsolidasi dan kata sepakat para Sahabat dalam mengambil sikap dan membuat keputusan (desicion making skill) untuk melanjutkan perjuangan Rasul yang dicintai.

Jasad Baginda Rasulullah memang telah tiada, namun nilai-nilai, energi, spirit, daya juang, cinta dan ruh dakwahnya masih tumbuh mengakar dalam relung relung jiwa para sahabat dan pengikutnya.

Kekuatan nilai-nilai yang Rasulullah tanamkan menjadi modal besar para sahabat dan pengikutnya dalam melanjutkan perjuangan dakwah. Buktinya, Islam pun gemilang hingga daratan Eropa.

Bagi saya, sejarah tidak hadir untuk sekedar kita hafal tanggal terjadinya, dimana peristiwanya, atau siapa pelakunya. Lebih dari itu, sejarah adalah pesan yang Tuhan kirimkan agar kita menjadi manusia pembelajar dan bertumbuh lebih baik dari peristiwa sebelumnya.

Sabtu, 7 September 2024 bertepatan 3 Rabi’ul Awal 1446 Hijriah, kita semua telah kehilangan Ayah Rohani yang kita cintai Tgk. H. Muhammad Yusuf Bin Abdul Wahab (Tu Sop). Seorang Guru Bangsa (Guru Ummat), Ulama intelektual, Ulama pejuang sekaligus pelaku sejarah dalam hidupnya.

Ayah (Tu Sop) telah pergi selamanya diiringi air mata jutaan orang yang mengenalnya. Akankah cita-cita Ayah lewat beragam gerakan dakwahnya untuk mewujudkan bangsa (Aceh) yang kokoh diatas pondasi akhlak yang baik sebagai manifestasi perjuangan Rasulullah itu terhenti sampai di tangan kita?

Mustinya tidak, jika kita semua yakin bahwa setiap lembar sejarah adalah pesan yang Tuhan kirimkan agar kita terus belajar dan bertumbuh di zaman yang berbeda.

Kami ikhlas atas ketetapan-Mu Ya Allah memindahkan diantara kami jasad hamba-Mu Tu Sop ke alam yang berbeda, namun kami mohon Ya Allah agar Engkau tidak mencabut daya juang dan nilai-nilai di hati dan jiwa kami agar istiqamah melanjutkan perjuangan Rasulullah dan guru kami, hingga bangsa yang kokoh diatas pondasi akhlak dan aqidah menjadi kado terindah yang kami titipkan bagi generasi selanjutnya.

Para pejuang memiliki keyakinan bahwa takdir adalah kepastian, tapi perjuangan hidup harus tetap berjalan. Perjuangan adalah hakikat, sementara hasil akhir itu rahmat.

Teruntuk anak-anak rohani dan pengikut Tu Sop yang ditinggalkan, teruslah berjuang dalam jiwa yang terpanggil, hingga Tuhan menyambut kematian kita dengan ucapan “Salamun qaulam mirrabbir rahim” sebagai sambutan kemuliaan dari Pemilik kehidupan.

Selamat beristirahat panjang disisi-Nya guru bangsa Tu Sop dari lelahmu berjuang untuk kemaslahatan, ditemani doa-doa syahdu dari hati kami yang ditinggalkan. []

* Penulis founder Tandaseru Indonesia. Pembina Lembaga Pengelola Training Kader Dakwah (LP-TKD) Pusat. 

Exit mobile version