29.5 C
Banda Aceh
BerandaEdukasiBGP Aceh Lakukan Penyegaran Fasilitator Sekolah Penggerak, Siti Mutmainnah: Indonesia Darurat Pengawas

BGP Aceh Lakukan Penyegaran Fasilitator Sekolah Penggerak, Siti Mutmainnah: Indonesia Darurat Pengawas

JALANTENGAH.CO I BANDA ACEH – Kehadiran Fasilitator Program Sekolah Penggerak merupakan bentuk dukungan bagi pelaksanaan program Sekolah Penggerak yang diluncurkan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim sejak Februari 2021 lalu.

Program Sekolah Penggerak diluncurkan sebagai upaya transformasi sekolah yang berfokus pada pengembangan kompetensi SDM mulai dari siswa, guru, sampai kepala sekolah.

Untuk memaksimalkan peran fasilitator dalam barisan perubahan untuk transformasi pendidikan Indonesia, Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Aceh selama tiga hari mulai 18-20 April 2024 menggelar rapat evaluasi sekaligus penyegaran fasilitator sekolah penggerak (FSP) di Banda Aceh.

“Ada 90 orang lebih fasilitator sekolah penggerak yang hadir dari seluruh Aceh, harapannya setelah pertemuan ini FSP mendapatkan energi baru dalam bertugas sebagai transformator pendidikan”, sebut kepala BGP Aceh, Teti Wahyuni

Teti juga mendorong agar kehadiran fasilitator benar-benar memberi dampak bagi pengembangan kompetensi SDM pendidikan Aceh, terutama di Sekolah Penggerak yang jadi sasaran pendampingan.

Kepala BGP Provinsi Aceh, Teti Wahyuni membuka kegiatan penyegaran Fasilitator Sekolah Penggerak PSP di hotel Rasamala Banda Aceh, Kamis (18/4/2024)

Menanggapi pernyataan peserta terkait efektifitas peran pengawas sekolah yang harus mendampingi banyak sekolah, PIC PSP Direktorat KSPS TK Ditjen GTK, Siti Mutmainnah, yang menjadi narasumber kegiatan ini menyebutkan bahwa Indonesia memang sedang darurat pengawas.

“Bukan hanya di Aceh, saya pernah menemukan ada pengawas yang mendampingi hampir seratus sekolah, saya kaget, ini darurat, kan gak mungkin efektif seorang pengawas mendampingi sebanyak itu”, kata Siti Mutmainnah yang biasa disapa Muti.

Seorang fasilitator yang bertugas di Kabupaten Simeulu, Yulida Amri, kepada jalantengah.co menceritakan pengalaman suka dukanya selama menjadi FSP sejak setahun lalu.

Menurutnya meskipun ia harus menempuh lokasi tugas yang tidak mudah dan penuh tantangan, namun dosen Universitas Samudera ini merasa puas bisa menjadi bagian dari asa membangun pendidikan masyarakat pedalaman kepulauan Simeulu. (*)

Laporan: F. Saidina I Editor: Anna Miswar

Sponsor

explore more